Kita memang sepakat, semua orang berhak mendapat sapaan hangat.
Tapi mengapa suhu balasanmu padaku makin dingin?
Sementara pada mereka, kamu bisa jadi tropis, hujan pujian dan badai emoji?
Aku bukan patriarkal, aku cuma rasional. Aku cuma menghitung jumlah huruf vokal di balasanmu.
Tapi tak apa.
Karena katanya:
Cinta itu soal memberi tanpa berharap kembali.
Walau kadang aku ingin meronta sesekali, membabi buta seperti pria pada umumnya, yang bahkan beberapa menit pesannya tak di balas, sudah menjadi monster.
Atau kalau bisa, pura-pura tak terlalu peduli juga.
Sayangnya aku tidak bisa latihan menjadi penipu.
Aku cuma bisa tak perduli sesaat ketika ku baca suatu sapaan dari mereka padanya, lalu ku paksa berhenti aplikasi tersebut, lalu menulis agar hati melepaskan atom jahanam.