Cherreads

Perkembangan Clan Uchiha - Uchiha Aren

Penduduk_Lokal
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
19.5k
Views
Synopsis
Ter-isekai di dunia Naruto, namun ada yg salah... Sepertinya timeline terlalu jauh dari canon, bahkan madara dan hashirama belum dilahirkan. Fanfic ini akan menceritakan tentang mc yg akan mengembangkan klan uchiha ketingkat yg tidak pernah terfikirkan sebelumnya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1 – “Keluarga yang Tidak Biasa”

'Kebanyakan orang yang terlahir kembali mendapatkan cheat. Aku tidak. Aku hanya dapat satu hal: marga Uchiha. Dan dua orang tua yang... unik.' gerutuku kecil didalam hati.

Angin pagi menyapu pelataran rumah utama Klan Uchiha. Rumah itu besar dan klasik, berdiri angkuh di tengah kompleks pertahanan, dikelilingi oleh lapangan pelatihan dan penjagaan ketat. Namun di halaman belakangnya, seorang anak laki-laki berdiri sendirian, menatap kolam air kecil dengan dua ikan koi berenang di dalamnya.

Namaku Uchiha Aren.

Aku... bukan berasal dari sini. Dulu aku hidup di dunia modern, bekerja kantoran, menonton anime, dan—ironisnya—mati karena tersedak permen saat maraton ulang Naruto: Shippuden.

Dan sekarang? Aku berdiri di halaman rumah klan Uchiha… di masa lalu. Masa sebelum Hashirama dan Madara dilahirkan, apa lagi mengukir sejarah seperti kumis kotak tertentu :"V

Masa saat konflik Senju-Uchiha masih berupa perang suku brutal dan tak pernah selesai.

"Aren! Pagi-pagi begini, kamu udah ngelamun lagi?"

Suara nyaring itu menggema dari dalam rumah. Seorang wanita tinggi besar—sangat besar—melangkah ke luar dengan langkah cepat. Rambut hitamnya digelung tinggi, dan bahunya yang lebar tampak membentang seperti pejuang. Tingginya mencapai 188 cm, tubuhnya seperti atlet profesional... atau mungkin versi shinobi dari petarung MMA kelas berat.

Uchiha Yuika, ibuku.

Pemilik Sharingan 2 Tomoe yang kekuatannya bisa menumbangkan tetua klan dalam satu gebrakan—selama mereka tidak memakai MS, tentu saja.

Ia menepuk pundakku keras. "Apa kamu lagi menatap ikan? Kamu tahu itu tanda anak kurang gerak, kan?"

Aku menghela napas. "Mereka tenang. Tidak berisik. Tidak lompat-lompat. Tidak... teriak-teriak kayak Seseorang."

Dia terkekeh. "Kurang ajar! Tapi benar juga. Heh."

Saat kami berjalan ke dalam rumah, pintu utama terbuka.

Uchiha Ganja, ayahku, muncul dengan langkah tenang. Tingginya standar, sekitar 175 cm, kurus dan tampak seperti pria biasa di tengah dua monster ini. Tapi penampilannya... klasik dan mencolok.

Ia mengenakan baju zirah merah khas Uchiha—mirip Madara di masa depan—dan di pinggangnya tergantung katana 80 cm serta tanto 40 cm, berkilau dalam cahaya pagi. Meski tubuhnya tak mencolok, auranya seperti samurai dari zaman lampau. Aura yang bisa membelah medan perang dengan satu tatapan.

"Pagi anakku! Dan istri tersayang yang... bisa membantingku kapan pun dia mau."

Yuika menyeringai. "Kau nggak punya malu, ya?"

"Justru itu yang membuatku menawan."

Ganja menyukai humor gelap. Kadang terlalu gelap. Aku pernah dengar dia bercanda tentang menyegel nyawanya ke kunai milik musuh cuma biar bisa ngerasukin mereka dan bunuh diri dari dalam.

Ibuku hanya geleng-geleng tiap kali mendengar leluconnya.

Sarapan kami sederhana—nasi, sup ikan, dan irisan acar. Tapi suasananya hangat.

"Aren, kau sudah mulai bisa mengendalikan dua tomoe-mu dengan stabil," kata Ganja. "Kau akan jadi lebih hebat dariku dalam waktu singkat. Tapi ingat... Mata itu bukan kebanggaan, itu beban."

Yuika menyela, menyodorkan mangkuk sup ke anaknya. "Jangan dengerin omong kosong gelap bapakmu. Banggalah. Tapi... jangan sombong."

Dalam hati aku berfikir 'Ibuku bisa mengalahkan ayahku tanpa susah payah kalau tidak pakai MS. Tapi kalau ayahku aktifkan Mangekyou-nya, katanya mereka bisa bertarung selama tiga hari tiga malam… lalu ibu menang juga. Pada akhirnya.'

Setelah makan, aku pergi ke belakang rumah untuk meditasi chakra. Dua tomoe Sharingan-ku berputar perlahan saat kugunakan untuk membaca aliran angin. Aku tahu masih banyak yang harus kupelajari. Tapi satu hal pasti...

"Di dunia ini, aku mungkin bukan Madara atau Hashirama... tapi aku punya sesuatu yang mereka tidak punya."

"Kesadaran dari dunia lain… dan masa depan yang bisa kutulis ulang."

Dari balik pepohonan, aku merasa diawasi. Tapi bukan musuh. Aku menoleh. Ayahku berdiri jauh di sana, tangan di belakang punggung, senyum tipis di wajahnya.

"Waktumu akan datang, Aren... Tapi jangan takut menghadapinya. Karena bahkan dewa sekalipun pernah jadi bayi ingusan yg menyebalkan."