Cherreads

UNKNOWN RIVAL

hyunsup
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
339
Views
Synopsis
Bagaimana rasanya mempunyai musuh yang ternyata musuh itu dekat dengan kita di kehidupan sekolah? Di sekolah Darren merasa nyaman ketika berada di dekatnya, tapi ternyata ... ada yang disembunyikan oleh seseorang itu. Angel adalah julukan untuk musuh Darren si arena balapan. Darren merupakan ketua club balap motor yang diikuti oleh anak-anak Jayakarta Internasional School. Selama di arena, Angel tidak pernah membuka helmnya membuat para orang ingin mengetahui seperti apa sosok Angel, perempuan yang jago di jalanan.
VIEW MORE

Chapter 1 - 01. Unknown Rival

•••

Seorang pria dengan perawakan tinggi mengenakan setelan seragam sekolah lengkap menaiki podium dengan tatapan dingin. Suara tepuk tangan yang berasal dari anak-anak terdengar sangat ricuh.

"Selamat, Darren, kamu berhasil mendapatkan nilai tertinggi di semester dua kemarin. Ibu harap tahun ini kamu bisa mempertahankan nilai kamu." Guru itu memberikan piagam penghargaan kepada anak yang disebut Darren.

Darren membalikkan badannya menghadap ke arah anak-anak untuk memperlihatkan piagam yang ia dapatkan sebagi formalitas. Pandangannya selalu fokus ke depan, tidak ada ekpresi kebahagian ataupun apa.

Darren Julian adalah anak kelas 11 Jayakarta Internasional School. Semua anak tahu kalau Darren adalah anak terpintar dan terkenal dingin.

"Emang nilai dia berapa sih? Kok sampai dapet penghargaan gitu?" bisik salah seorang anak.

"Lo gak tau? Makanya liat mading, ege."

"Kalo gue jadi dia sih, gue bakal tebar pesona ke seluruh anak, nih gue Darren Julian anak terpinter, udah pinter, ganteng, kaya lagi. Kurang apa coba."

"Bener, tapi kayaknya Darren gak minat sama yang begitu-begituan."

Keira diam-diam mendengar percakapan anak itu, sesempurna itu kah Darren di mata mereka? Mendengarnya aja mampu membuat Keira merinding.

Sang guru sudah membubarkan upacara pagi ini, seluruh anak bergerombol pergi menuju ke kelasnya masing-masing, ini adalah awal ajaran baru dan kelas mereka pun pasti baru. Keira yang belum mendapatkan kelas langsung menuju ke mading, memang benar di situ ada kelas beserta nilai-nilai yang didapatkan semester sebelumnya. Di urutan pertama ada Darren dengan nilai yang hampir sempurna, yaitu 99,99. Keira sempat melongo melihat nilai itu, kok ada orang yang hampir mendapatkan nilai sempurna.

"Minggir."

Keira terkejut mendengar suara seseorang.

"Kaget ya, baru liat ada orang yang dapet nilai segede itu di Jayakarta Internasional School?" tanya Andrew.

"Nggak, siapa juga yang liatin nilai. Orang gue lagi nyari kelas gue," ucap Keira sambil melirik ke arah Darren sekilas.

"Oh, kirain, terpesona dengan kepintaran Darren," ucap Andrew. "Udah kan nyari kelasnya? Geser dikit bisa? Gue sama temen gue juga mau nyari kelas. Eum, tapi walaupun gak dicari pasti dapet kelas awal sih. Gak mungkin banget Darren dapet kelas akhir."

Sombong banget.

"Sayangnya, gue gak nanya tuh."

"Gue bisa tebak, lo anak IPS kan? Kelas akhir pasti," tebak Andrew.

"Lo ngeremehin gue?"

"Udah kelihatan, kalo lo itu muka-muka anak IPS."

Sialan.

"Gak penting banget ngobrol sama orang yang, SOK, banget kayak lo," ucap Keira sambil menelan kata sok.

Setelah mengucapkan itu Keira langsung pergi meninggalkan Andrew dan Darren.

Andrew di situ hanya tertawa melihat wajah kesal Keira. "Lucu juga tuh cewek, kalo gue mainin bisa kali. Gimana menurut lo, Ren?" tanya Andrew kepada Darren.

"Gak peduli."

••••

"Cowok gila, dikiranya gue gak bisa gitu dapet kelas awal? Nih, gue juga bisa dapet kelas di awal. 11 MIPA 1. Enak aja tuh mulut ngomong kalo gue cocoknya di kelas terkahir." Keira memasuki kelas 11 MIPA 1. Sudah banyak anak yang masuk. Keira memilih untuk duduk di meja belakang.

"Gue boleh duduk di sini?" tanya Keira kepada anak perempuan yang sedang membaca buku.

Perempuan itu mengangguk sambil tersenyum. "Boleh, aku kira gak ada yang mau duduk sama aku."

"Kenapa?"

Anak itu menggelengkan kepalanya. "Gak tau, katanya aku cupu, sama nolep, jadi gak ada yang mau temenanan sama aku."

"Gue mau jadi temen lo."

Anak itu mengulurkan tangannya. "Kenalin nama aku Bunga. Kalo kamu mamanya siapa?"

Keira membalas uluran tangan Bunga. "Gue Keira."

"Salam kenal."

Tak lama dari itu datang dua orang cowok yang Keira ketahui mereka adalah cowok yang tadi Keira temui di depan mading.

Keira menatap Andrew sambil tersenyum meledek. Keira dapat membuktikan kalau dia juga bisa mendapatkan kelas awal.

"Ternyata dia juga di kelas ini. Semakin seru," ucap Andrew.

Darren menatap Keira tak acuh, ia tidak memperdulikan Andrew mendapatkan mainan baru atau apa, sekarang ia langsung duduk di bangku barisan depan bersama Andrew.

"Ciah bro, kalian di kelas ini juga?" tanya Andrew.

"Yoi dong, masa gue mau pisah sama kalian sih," ucap Bara.

"Sebenarnya kita nyogok supaya bisa dapet kelas awal," bisik Neo.

"Parah lo, belajar makanya bukan malah nyogok," ucap Andrew.

"Males lah, punya duit buat apa kalo gak dihamburin?"

"Edan."

"By the way, gue punya mainan baru," ucap Andrew sambil melirik Keira.

"Yakin lo? Kayaknya dia cewek galak deh," ucap Bara tidak meyakinkan.

"Ganti yang lain aja, sebelahnya aja bisa kali kita mainin."

"Gak ah, cewek yang itu aja. Cantik juga."

"Gimana mau diapain?" tanya Neo.

"Bentar lagi juga mulai nih pertunjukannya."

Rora menghampiri meja Keira dan Bunga. Rora duduk di atas meja sambil memainkan kuku di jarinya. "Beliin gue minum dong, haus nih."

"Sama, gue juga laper, beliin gue makanan," ucap Asa.

"Gue juga, gue mau minuman satu," udah Joy.

"Bunga, lo denger suara gue kan?" tanya Rora.

"Iya, aku beliin sekarang." Bunga hendak berdiri, akan tetapi dengan cepat Keira langsung menahan tangan Bunga.

"Lo punya kaki sama tangan kan? Beli sendiri lah, ngapain nyuruh-nyuruh orang, temen gue bukan babu lo."

Mendengar itu Rora tertawa. "Lo siapa? Baru temenanan kan sama Bunga? Anak kelas akhir yang baru masuk kelas atas ya? Mending gak usah ikut campur."

"Sekarang Bunga itu temen gue."

Kesabaran Rora sudah habis karena ucapan Keira. Kemudian Rora menarik meja Keira hingga terjatuh. Seluruh mata tertuju kepada Rora.

Di tempatnya Andrew tak berhenti tersenyum. "Tuh kan, apa gue bilang, bakal ada pertunjukan seru."

Rora menjambak rambut Bunga. "Nih, temen lo ya?" Kemudian Rora menampar pipi Bunga dengan keras. "Temen lo nih, liat!" Tak henti-hentinya Rora menampar pipi Bunga.

Keira mengepalkan tangannya, ia tak terima melihat Bunga diperlakukan seperti itu. "Berhenti gak?"

"Gak mau."

Keira memejamkan matanya, ia kemudian menarik baju Rora lalu mendorongnya hingga terjatuh. "Gue udah suruh lo berhenti, tapi lo gak dengerin gue, gue bisa aja berbuat lebih ke lo."

Merasa tak terima Rora menjambak rambut Keira. "Lo kira gue takut sama lo?"

"Lepasin."

"Gak mau."

"Oke gue terpaksa ya ngelakuin ini sama lo." Keira menarik tangan Rora lalu kemudian memutarnya ke arah belakang membuat sang empu merasa kesakitan di bagian tangan.

Rora memegang tangannya yang terasa sakit, ia tak henti-hentinya mengumpat di dalam hati. Bisa-bisanya ada anak yang berani kepada Rora. Apa cewek itu tidak mengenali Rora itu siapa?

"Baru kali ini gue liat ada orang yang berani sama Rora," ucap Neo.

"Gue juga gak nyangka, kalau cewek itu bakal ngelawan Rora," ucap Bara.

Andrew tersenyum melihat ke arah Keira. "Semakin menarik."

Di sebelah Andrew, Darren melihat kejadian tadi, dia juga tidak menyangka kalau cewek itu akan melawan Rora. Rora adalah cewek yang paling ditakuti di Jayakarta Internasional School.

•••