Cherreads

Sistem Eros di Dunia Lain: Takdir Baru, Tubuh Baru, Hasrat Baru

Rou_Ron
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
33
Views
Table of contents
Latest Update1
12025-07-13 00:47
VIEW MORE

Chapter 1 - 1

Hening.

Kecuali suara kasur tua yang berderit, suara napas terengah, dan... suara wanita mendesah dari layar monitor 22 inci.

Lampu kamar sudah padam sejak dua hari lalu. Listrik dicuri dari sambungan tetangga. Udara pengap memenuhi ruangan sempit berukuran dua kali satu meter, penuh dengan tumpukan bungkus mie instan dan botol kosong. Sebuah kipas meja tua terus berputar sambil mengeluarkan suara merengek seperti orang depresi.

Di tengah semua itu, seorang pria paruh baya terbaring di kursi gaming lusuh yang hanya tinggal kerangkanya. Rambutnya berminyak, perutnya menonjol, dan jari-jarinya bergerak cepat—bukan untuk menulis karya sastra, bukan juga untuk membangun karier di dunia maya, tetapi...

"Akh… Astaga… yang ini... adegan yang kutunggu!"

Sugiono Widodo, 50 tahun. Belum pernah pacaran. Belum pernah menyentuh wanita sungguhan.

Ia dijuluki "Dewa Perjaka" oleh dirinya sendiri. Ia percaya bahwa suatu hari, dia akan dipanggil ke dunia lain dan di sana… segalanya akan berubah. Impiannya sederhana: wanita, ranjang, dan cinta—urutan yang bisa diputar sesuka hati.

Tapi takdir, seperti biasanya, memilih cara paling sialan.

Tubuhnya menegang. Jantungnya berdebar kencang.

Dan detik berikutnya…

"Ughkkk…!"

Tubuhnya terkulai. Matanya membelalak. Tubuhnya tersentak, lalu tak bergerak sama sekali. Tangan masih menggenggam mouse. Celana masih separuh terbuka.

Sugiono Widodo—perjaka sejati—meninggal dunia saat nonton film porno.

Tanpa saksi. Tanpa upacara. Tanpa kenangan manis.

Kematian yang hina?

Mungkin.

Tapi justru di saat itulah, segalanya berubah.

---

Gelap.

Gelap pekat tanpa suara, tanpa bau, tanpa tubuh.

Hanya ada kesadaran.

Kemudian—cahaya biru muncul dari kegelapan, membentuk satu layar mengambang di udara. Satu garis digital perlahan muncul, diikuti suara elektronik menggoda wanita dewasa.

> [Sistem EROS Terhubung...]

> [Mendeteksi Keperjakaaan Maksimal Selama 50 Tahun...]

> [Mengaktifkan Protokol Isekai-Erotika Eksklusif!]

> Selamat datang di program reinkarnasi dewasa. Nama Anda: Sugiono Widodo. Status: Perjaka Murni. Prioritas: Tinggi. Anda akan dihidupkan kembali di dunia lain dengan tubuh muda sempurna dan Sistem AI: EROS.

Sugiono—atau mungkin jiwanya—mendadak ingin tertawa.

"Jadi aku... mati?" gumamnya dalam kehampaan. "Mati karena bokep?"

> [Benar.]

> [Tapi karena keperjakaaanmu mencapai rekor spiritual tertinggi, kamu berhak atas hadiah langka.]

> [Mengaktifkan Avatar Tubuh Baru: Pemuda Berusia 20 Tahun – Status Seksual: 0, Libido: Maksimal, Potensi: Abnormal.]

> [Selamat datang di dunia... EROSIA.]

Seketika itu, ia jatuh.

Seperti meluncur di dalam pusaran cahaya yang tak berujung. Warna-warna sensual melintas di sekelilingnya—siluet wanita dengan telinga elf, gadis berambut ungu dengan tanduk kecil, suara tawa genit, dan aroma tubuh yang tak pernah ia cium di dunia nyata.

Lalu—BLARRR!

Ia menabrak tanah.

---

Udara segar memenuhi paru-parunya. Matahari hangat menyentuh kulitnya. Suara burung bernyanyi dan angin lembut membelai wajahnya.

Ia terbaring di atas padang rumput hijau yang luas.

Tubuhnya terasa ringan, kuat, dan… ada sesuatu yang menggantung antara kakinya yang membuatnya tersenyum geli.

Tangannya menyentuh wajahnya. Kulit halus. Rahang kuat. Otot perut... ada. Serius, ada otot perut!

"Ini… aku?" bisiknya, tak percaya.

> [Ya. Tubuh barumu telah dioptimalkan untuk segala aktivitas fisik dan sensual.]

> [Perkenalkan: Aku adalah EROS, sistem AI yang akan membantumu menaklukkan dunia ini melalui… hasrat.]

> [Misi utama: Bangun Harem Antar-Ras. Eksplorasi Fantasi Seksual. Kumpulkan Poin Kenikmatan.]

> [Quest Pertama Aktif!]

Temui Wanita Pertamamu. Gairahkan Dia. Raih Ciuman Pertama dan Buka Statistik Fantasi Terdalamnya.

Sugiono—yang kini akan dikenal sebagai Sugi, si pemuda misterius dari luar dunia—bangkit perlahan.

Langkah pertama di dunia baru. Takdir baru.

Dan dari balik semak-semak, muncul satu siluet...

Seekor gadis beastkin, telinga serigala, mata coklat besar, rok mini compang-camping, dan napas ngos-ngosan. Ia terlihat ketakutan. Dikejar sesuatu.

"Eh? A-aku… kamu siapa?!"

Sugi menatap gadis itu. Rambutnya acak-acakan. Payudaranya memantul liar setiap kali ia bergerak.

Lalu suara sistem berbunyi:

> [Target Fantasi Ditemukan: Gadis Beastkin Lugu dengan Gairah Terpendam.]

> [Fantasi Tersembunyi: Ingin dicium oleh pria yang lebih kuat.]

Dan Sugi tersenyum.

"Dunia ini… benar-benar surgaku."

Langkah kaki berat terdengar dari arah belakang gadis itu.

Tanah berguncang pelan, ranting patah, dan semak-semak bergerak liar.

Gadis beastkin itu menoleh ketakutan.

"G-Goblinoid… mereka masih mengejarku!"

Sugi menyipitkan mata. Ia belum tahu banyak soal makhluk di dunia ini, tapi dari namanya, itu pasti bukan sesuatu yang bersahabat. Apalagi kalau gadis imut seperti itu sampai lari terbirit-birit.

Dari arah belakang muncul tiga makhluk pendek, berkulit hijau gelap, gigi bertaring, mengenakan baju kulit lusuh dan senjata karatan. Mata mereka melotot liar, lidah menjulur keluar saat melihat gadis itu.

> "Beastkin manis! Jangan kabur! Main sama kami dulu!"

Gadis itu menjerit kecil dan mundur beberapa langkah, nyaris tersandung akar pohon.

Sugi berdiri tenang.

Bukan karena dia tahu cara bertarung, tapi karena sesuatu dalam tubuh barunya terasa... berapi-api. Seolah ada tenaga mendidih dalam urat-uratnya.

> [Sistem EROS Aktif.]

[Situasi ancaman terhadap target seksual terdeteksi.]

[Bonus Status: Pahlawan Gairah – Kekuatan meningkat 200% saat melindungi wanita dari pelecehan.]

"Oho… sistem yang tahu cara menyenangkan hati," gumam Sugi.

Ia maju satu langkah, lalu satu lagi. Para goblinoid menoleh padanya.

> "Siapa lo, ha?! Pacarnya ya?!"

> "Kalau lo mau, tunggu giliran!"

Sugi mengangkat bahu dan tersenyum. "Maaf, tapi aku kalau masalah wanita tidak menyediakan fitur antri."

Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke depan. Tubuhnya ringan seperti bulu. Pukulan yang ia layangkan ke dagu goblin pertama membuat makhluk itu terbang menabrak pohon dan langsung pingsan.

"Eh? Serius segampang ini?"

Goblin kedua melompat sambil mengayunkan belatinya. Refleks Sugi meningkat gila-gilaan. Ia menunduk, mengelak, lalu menendang tepat ke... bagian vital.

Suara retakan keras terdengar. Goblin itu mengerang melengking sebelum roboh seperti kain lap basah.

Goblin ketiga—mungkin yang paling waras—langsung kabur ke arah hutan sambil memaki-maki.

> "Dasar manusia sialan! Kau akan menyesal!"

Sugi mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan berteriak, "INI DUNIA BARUKU, GOBLIN KECIL!"

Sementara itu, gadis beastkin itu menatapnya seperti melihat dewa.

Wajahnya merah. Tubuhnya gemetar. Telinga serigalanya berkedut.

"Ka-kamu... menyelamatkanku…"

Sugi menoleh, menatap mata bulatnya yang jernih dan polos. Jantungnya berdebar. Bukan karena pertarungan tadi—tapi karena sekarang, gadis itu berdiri hanya beberapa jengkal darinya. Nafas mereka nyaris bersentuhan.

Lalu—ting!

> [Quest "Ciuman Pertama" dapat diselesaikan sekarang.]

[Hadiah: Unlock Status Gairah, Akses ke Fantasi Tersembunyi Target, +20 Poin Kenikmatan]

> [Tips: Target sedang berada dalam kondisi emosi rentan. Peluang keberhasilan: 94%]

Sugi menelan ludah.

"A-aku nggak tahu harus bagaimana membalasmu…" bisik si gadis, suaranya gemetar. "Apa kamu mau... sesuatu sebagai hadiah?"

Sugi terdiam sejenak. Matanya bertemu dengan matanya. Tidak ada suara, hanya desir angin dan jantung berdetak keras.

Ia maju perlahan.

"Boleh aku... menciumu?"

Pipi gadis itu semakin merah, ekornya berdiri tegak, dan dia menunduk malu-malu. Tapi dia tidak menolak.

Sugi mendekat. Jarak tinggal sejengkal. Lalu…

Bibirmereka bersentuhan.

Lembut. Hangat. Sedikit goyah, tapi alami.

Sistem berbunyi pelan di kepalanya.

> [Quest "Ciuman Pertama" SELESAI!]

> [Status Fantasi Target Terbuka:]

Nama: Lira

Ras: Beastkin (Serigala Liar)

Fantasi: Dilindungi dan dimanjakan oleh pria kuat. Suka dipeluk dari belakang dan dielus telinganya.

> [Akses Fitur: Elusan Sensual (Level 1)] – Sentuhan Anda kini dapat membangkitkan hasrat jika digunakan pada titik sensitif.]

Sugi membuka matanya pelan. Lira menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ciumanmu… hangat sekali…"

> "Terima kasih… untuk menyelamatkanku. Aku Lira."

> "Dan aku… Sugi," jawabnya sambil tersenyum.

Mereka berdua terdiam sejenak. Lira menggigit bibir bawahnya. Tatapannya tak lagi hanya polos. Ada sesuatu yang berbeda di matanya: rasa ingin tahu, dan keinginan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

> [Peringatan: Poin Gairah Target Meningkat. Peluang Adegan Lanjutan: 78%.]

Sugi hanya bisa mengangguk kecil.

"Lira…"

"Ya?"

"Kalau kau mau… kita bisa lanjut ngobrol di tempat lebih tenang."

Lira tersipu. "Ada pondok kosong di balik bukit… hanya kita berdua…"

Sistem EROS berbunyi semakin pelan, suaranya seperti desahan menggoda.

> [Quest Baru: "Malam Pertama Sang Pahlawan" Telah Dibuka.]

Langit mulai berwarna jingga saat matahari turun perlahan ke balik pegunungan.

Sugi dan Lira berjalan menyusuri jalan setapak yang ditumbuhi semak-semak dan bunga liar. Lira beberapa kali menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka, lalu menatap Sugi dengan sorot mata campuran antara malu, penasaran, dan... sesuatu yang samar namun mendalam.

Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah pondok kecil di pinggir danau—terbuat dari kayu tua, beratap jerami, dengan pintu sederhana dan jendela kaca buram. Dari luar tampak kosong. Damai.

Lira membuka pintu perlahan. "Pondok ini dulu dipakai orang-orang pengumpul herbal, tapi sekarang sudah kosong. Tidak ada yang akan mengganggu kita di sini."

Sugi melangkah masuk. Aroma kayu lembap dan udara senja menyelimuti ruang kecil itu. Tak ada apa pun kecuali karpet jerami di lantai dan sebuah dipan kayu besar dengan sehelai selimut tipis.

Lira menutup pintu di belakangnya. Suara kayu berderit pelan.

Sunyi. Sunyi yang ganjil tapi menggoda.

---

Sugi duduk di sisi ranjang.

Tangannya bergetar sedikit, meskipun ia tak ingin mengakuinya. Ya, tubuh ini baru, penuh gairah dan tenaga, tapi... jiwanya tetap jiwa perjaka tua yang belum pernah benar-benar menyentuh wanita.

Lira berdiri di depannya. Jari-jarinya menggenggam ujung bajunya sendiri.

Wajahnya masih memerah, tetapi matanya tak menghindar.

"Aku… tak tahu harus mulai dari mana," bisiknya pelan.

Sugi menatap gadis itu. Rambut cokelat panjangnya jatuh menutupi sebagian wajah. Telinga serigala di kepalanya bergerak pelan, peka terhadap suasana. Ekornya bergoyang kecil, gugup tapi juga penuh harap.

Ia tersenyum.

"Kita mulai pelan-pelan saja… kalau kamu mau."

---

> [Sistem EROS: Mode "Sentuhan Sensual" Aktif.]

[Titik Sensitif Terdeteksi: Telinga, Punggung Leher, Pinggul, Ekor.]

[Tips: Gunakan tanganmu, suaramu, dan kejujuranmu untuk menembus pertahanan rasa malu target.]

---

Sugi mengangkat tangan perlahan, menyentuh lembut telinga Lira.

Gadis itu mendesah pelan.

Suara kecil, nyaris tak terdengar. Tapi tubuhnya bereaksi seketika—pundaknya menegang, matanya menutup setengah, dan pipinya semakin merah padam.

> "A-apa kamu… tahu bagian itu sensitif?" bisiknya nyaris tak bernapas.

"Apakah ini bagian sensitif mu?," jawab Sugi tanpa ragu. "Telingamu indah."

Ia mengelusnya perlahan. Jempolnya mengusap pangkal telinga yang halus, sambil melihat bagaimana tubuh Lira bergidik kecil. Gadis itu menggigit bibirnya.

"Jangan… bilang seperti itu…"

"Kenapa?"

"Karena... itu membuatku... makin ingin."

Sugi berdiri. Jarak di antara mereka menghilang. Tubuhnya kini tepat di hadapan tubuh mungil Lira. Tangannya bergerak, menyentuh sisi wajahnya, lalu menuruni leher halusnya, dan akhirnya... berhenti di punggung.

Ia menarik Lira ke pelukannya.

Dan Lira—tak melawan. Bahkan, tubuhnya menempel lebih erat, seolah mencari hangat, seolah... memang menantikan ini sejak tadi.

---

> [Status Target: Terangsang, Terbuka untuk Kontak Fisik Lebih Dalam.]

[Akses Baru: Sistem "Desire Sync" – Sinkronisasi Gairah Antara Kamu dan Target.]

---

Lira menarik napas berat.

"Bolehkah... aku melepas ini?" tanyanya pelan sambil menunjuk bajunya sendiri.

Sugi tak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan.

Dengan tangan sedikit gemetar, Lira mulai membuka satu per satu ikatan kain yang menutupi tubuhnya. Lapisan demi lapisan dilepas, memperlihatkan kulitnya yang putih kecokelatan, lembut, dan penuh bekas goresan dari hidup di hutan.

Tubuhnya ramping, pinggulnya bulat, dan dadanya... sempurna. Tidak terlalu besar, tapi sangat proporsional dengan tubuhnya yang lincah.

Sugi tak bisa mengalihkan pandangannya. Ia bukan sekadar terangsang—ia takjub. Wanita seperti ini... dalam pelukannya? Sesuatu yang hanya bisa ia bayangkan selama 50 tahun, kini menjadi kenyataan di depan mata.

Lira menunduk sedikit, menutup bagian dadanya dengan tangan.

"Aku... tidak secantik elf. Tapi... kau tetap menginginkanku?"

Sugi menyentuh dagunya dan mengangkat wajahnya.

"Lira... kau lebih dari cantik. Kau nyata."

---

Dan mereka pun berbaring.

Sugi mencium lehernya. Menelusuri garis tulang selangkanya dengan bibir. Tangannya menyapu sisi tubuhnya, mengelus perutnya yang gemetar, lalu turun...

> [Sistem EROS: Adegan Seksual Tingkat 1 Aktif.]

[Opsi: Manual | Bimbingan AI | Mode Bebas]

[Poin Kenikmatan akan ditambahkan saat mencapai klimaks bersama.]

Lira melenguh pelan saat tangan Sugi menyentuh ekornya. Ia mendesah dan meringkuk.

"Ekor... sangat sensitif…" bisiknya pelan.

Sugi mengangguk dan memeluknya dari belakang, membiarkan tubuh mereka bertemu penuh, kulit ke kulit, dada ke punggung.

"Tenang… kita lakukan ini bersama. Tak perlu buru-buru."

Dan malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya—Sugi bukan lagi perjaka.

Ia tidak hanya mendapatkan tubuh baru dan dunia baru, tapi rasa baru yang tak pernah ia bayangkan.

---

> [Peringatan: Status "Virgin Cleared!" Dicapai!]

[Peningkatan Kemampuan Seksual: +200% Daya Tahan, +1 Ukuran, +2 Teknik Baru Terbuka.]

> [Hadiah Spesial: Skill "Lick of Lust" Diperoleh.]

> [Poin Kenikmatan: 102]

---

Saat Lira tertidur di pelukannya, napasnya pelan dan damai, Sugi menatap langit-langit pondok yang remang-remang.

Dan ia tertawa kecil.

"50 tahun menunggu… akhirnya malam ini datang."