Lana
Ruangan tempat perjamuan diadakan bahkan lebih mewah dari yang kubayangkan.
"Aku harap kalian suka dengan hidangan khas demon," katanya ringan, senyum kecil di wajahnya. "Karena dapur kami… sedikit liar."
Aku bahkan belum sempat menanggapi ketika pelayan-pelayan berkulit merah dan bersayap muncul membawa nampan-nampan besar. Daging panggang dengan bumbu hitam pekat, buah-buahan aneh yang tampak berdenyut seperti hidup, dan minuman ungu kental yang menguarkan aroma manis dan pahit bersamaan.
Ezric, si bocah itu sudah panik sejak aroma pertama menyambar.
"Ini… bukan jantung, kan?" bisiknya lirih padaku, menunjuk semacam hidangan bundar berwarna merah terang.
"Aku nggak tahu. Tapi jangan tanya keras-keras nanti takut tersinggung," balasku cepat.
Di sebelahku, Sylas tampak menikmati semuanya tanpa rasa takut. "Daging demon sapi neraka. Hah, terakhir kali aku makan ini, aku pingsan setengah hari karena bumbunya terlalu kuat. Lezat!"
