Cherreads

Chapter 40 - Bab 42 (Alkein-Ruhosi)

Bab 42 – Membuka Gerbang Gema Kuno

Dinding batu raksasa itu menjulang tinggi di hadapan mereka, permukaannya tertutup oleh jalinan akar dan tanaman merambat yang usianya mungkin sudah berabad-abad. Tidak ada celah atau pintu yang terlihat, hanya batu solid yang seolah menyatu dengan tebing di belakangnya. Namun, melodi samar yang hanya bisa dirasakan Ruhosi bergetar paling kuat dari balik dinding ini, seolah jantung kuno Lumina'val berdenyut di sana. Penala Jiwa di leher Ruhosi dan kalung Luthien di tangannya memancarkan kehangatan yang stabil.

"Jadi… ini dia ya, tembok besarnya?" Ruhosi mengamati dinding itu dari atas ke bawah. "Apa kita harus teriak 'Permisi, Ruang Gema, mau lewat!' gitu?"

Lyris tersenyum tipis. "Menurut legenda yang paling samar sekalipun, Ruang Gema tidak memiliki pintu fisik yang bisa dibuka sembarang orang, Ruhosi. Ia hanya akan menampakkan dirinya pada mereka yang 'selaras' dengan Harmoni Awal lembah ini."

Elara mendekati dinding batu, menyentuh permukaannya yang dingin dan berlumut. Liontin matahari separuh miliknya berpendar lembut. "Aku bisa merasakan energi yang sangat tua dan murni di balik batu ini. Sangat kuat, tapi… tenang."

Ruhosi teringat catatan Luthien di tablet batu giok yang merespons kalungnya: "Simbol Persatuan itu bukan hanya untuk keseimbangan internal, tapi juga bisa… 'beresonansi' dengan jejak energi kuno di tempat-tempat tertentu…"

"Mungkin… kalung ini?" Ruhosi mengangkat kalungnya yang kini memancarkan cahaya putih keemasan redup. Ia melangkah mendekati dinding, mencoba merasakan titik di mana getaran melodi itu paling kuat. Ia memejamkan mata, mencoba kembali merasakan "tarian energi" di dalam dirinya, menenangkan gejolak Aura Senjanya hingga mencapai kondisi yang ia rasakan sebagai 'Harmoni Senja – Getaran Stabil'.

Ia menempelkan kalungnya pada satu titik di dinding batu yang terasa berbeda, seolah ada kekosongan atau resonansi di baliknya. Tidak terjadi apa-apa.

"Hmm, kayaknya belum cukup cuma ditempelin," gumam Ruhosi. Ia teringat lagi kata-kata Luthien: "Dalam perpecahan, kutemukan kesatuan. Dalam perbedaan, kutemukan kekuatan." Keseimbangan. Bukan hanya satu jenis energi.

"Elara," panggil Ruhosi. "Sini deh. Coba kamu tempelkan tanganmu di dekat kalungku ini. Mungkin… butuh lebih dari satu 'rasa' energi?"

Elara sedikit ragu, namun ia percaya pada intuisi Ruhosi yang kadang ajaib itu. Ia mendekat dan meletakkan telapak tangannya yang memancarkan cahaya lembut di dinding batu, tepat di samping tangan Ruhosi yang menggenggam kalung.

Saat energi Cahaya Murni Elara bertemu dengan energi Aura Senja Ruhosi yang lebih seimbang (ditambah resonansi dari kalung Luthien dan Penala Jiwa), sesuatu yang luar biasa terjadi. Benang pink keperakan yang sering Ruhosi lihat di Lensa Kabutnya seolah kini terwujud sebagai aliran energi kasat mata yang lembut, mengalir dari Elara ke Ruhosi, lalu ke kalung itu, dan akhirnya ke dinding batu.

Simbol Persatuan Kuno di kalung Ruhosi bersinar semakin terang. Ukiran-ukiran samar yang tak terlihat sebelumnya mulai muncul di permukaan dinding batu di sekitar titik sentuhan mereka, membentuk pola spiral rumit yang sama seperti di jurnal Luthien dan pedestal batu di Hutan Valdoria.

GRRRR….

Dinding batu itu bergetar pelan. Tanaman merambat yang menutupinya perlahan menyibak dengan sendirinya, seolah ditarik oleh tangan tak terlihat. Bukan pintu batu yang terbuka, melainkan bagian tengah dinding itu mulai memancarkan cahaya hijau kebiruan yang lembut, membentuk sebuah portal melingkar yang beriak seperti permukaan air telaga di pagi hari. Melodi kuno yang tadi hanya didengar Ruhosi kini bisa dirasakan samar-samar oleh Elara dan Lyris juga, mengalun indah dari dalam portal.

"Berhasil! Kita berhasil!" seru Elara takjub, matanya membelalak melihat keajaiban di hadapannya.

Ruhosi sendiri nyengir lebar, campuran antara rasa bangga dan tidak percaya. "Wah! Keren banget! Jadi ini toh gunanya punya teman yang bisa ngeluarin cahaya dari tangan!"

Lyris menatap portal itu dengan napas tertahan, matanya berkaca-kaca. "Ruang Gema Sylvarian… setelah berabad-abad tersembunyi… akhirnya ia menampakkan diri lagi. Kalian berdua… kalian telah membangkitkan harmoni yang dibutuhkan." Ia menatap Ruhosi dan Elara dengan penuh kekaguman. "Kalian telah mencapai 'Sinergi Dua Jiwa – Pembuka Gerbang'."

Portal itu kini terbuka sempurna, memancarkan undangan bisu untuk masuk ke dalamnya. Dari celahnya, tercium aroma hutan purba yang belum pernah mereka hirup, dan terlihat sekilas pemandangan yang tak terlukiskan—cahaya lembut, kristal-kristal raksasa yang tumbuh alami, dan energi kehidupan yang begitu murni.

Ruhosi menatap Elara, senyum petualangan terlintas di wajah keduanya. Lyris mengangguk.

"Masuklah, Anak-anak," kata Lyris lembut. "Temukan apa yang telah menanti kalian di sana. Tapi ingat, Ruang Gema adalah tempat suci. Hormatilah setiap jengkalnya."

Tanpa ragu lagi, Ruhosi melangkah maju, diikuti Elara yang menggenggam tangannya erat. Mereka berdua melangkah melewati portal cahaya itu, menuju jantung misteri Lumina'val, siap menghadapi apapun yang akan mereka temukan di dalam Ruang Gema Sylvarian yang legendaris.

More Chapters