Bab 43 – Tarian Perang di Jantung Gema
Begitu Ruhosi, Elara, dan Lyris melangkah melewati portal cahaya, mereka disambut oleh pemandangan yang melampaui semua bayangan tentang keindahan Lumina'val. Ruang Gema Sylvarian bukanlah gua atau bangunan, melainkan sebuah ekosistem magis yang hidup. Cahaya lembut memancar dari lumut-lumut yang menutupi dinding alami, kristal-kristal raksasa tumbuh menjulang seperti pohon, membiaskan cahaya menjadi spektrum pelangi. Udara dipenuhi energi kehidupan yang begitu murni hingga terasa menggelitik kulit, dan melodi kuno yang samar namun agung kini terdengar jelas, seolah berasal dari setiap batu dan tetes embun.
"Ini… ini luar biasa…" bisik Elara, matanya membelalak takjub. Liontinnya berdenyut hangat, selaras dengan energi tempat itu.
Ruhosi sendiri, yang biasanya selalu siap dengan celetukan, untuk sesaat hanya bisa terdiam, terpana. Bahkan hutan belantara yang paling liar pun tak bisa menandingi keagungan purba tempat ini. Lensa Kabutnya menunjukkan aliran energi yang begitu kompleks dan harmonis di sekeliling mereka.
Namun, kedamaian itu tidak berlangsung lama. Saat mereka melangkah lebih dalam, menuju sebuah area terbuka di mana sebuah air terjun cahaya tampak mengalir dari langit-langit kristal, tiga sosok mulai terbentuk dari jalinan akar bercahaya, serpihan kristal, dan energi murni lembah itu. Mereka adalah Golem Penjaga Gema, masing-masing setinggi dua kali lipat Lyris, dengan mata yang terbuat dari safir berpendar dan tubuh yang seolah ditenun dari esensi alam Lumina'val.
"Para Penjaga Kuno…" desis Lyris, langsung mengambil posisi siaga. Tangannya mulai memancarkan cahaya hijau lembut. "Mereka terbangun. Sepertinya kehadiran kalian, terutama dirimu Ruhosi, dengan energi yang begitu unik, telah memicu pertahanan Ruang Gema."
Golem-golem itu tidak berbicara, namun niat mereka jelas. Mereka bergerak serempak, langkah mereka mengguncang lantai kristal dengan pelan, menghalangi jalan Ruhosi dan Elara. Ini adalah ujian.
"Wah, ada yang jaga ternyata!" seru Ruhosi, naluri bertarungnya langsung bangkit. Ia menggenggam kalung Luthien erat sesaat, merasakan kehangatannya, lalu mencabut tombak tulangnya. "Jadi, kita harus main dulu ya sebelum boleh lihat-lihat lebih jauh?"
Tanpa menunggu jawaban, salah satu Golem Penjaga melesat maju dengan kecepatan mengejutkan untuk ukurannya, tinju kristalnya yang besar mengarah ke Ruhosi.
Ruhosi, dengan refleks yang terasah, melompat menghindar. "Elara, hati-hati!"
DENTUM! Tinju Golem itu menghantam tempat Ruhosi berdiri tadi, menciptakan kawah kecil dan mengirimkan getaran ke seluruh ruangan.
Lyris bergerak cepat, meluncur ke sisi Golem, tangannya menenun mantra Sylvarian kuno. Sulur-sulur tanaman bercahaya melesat dari tanah, mencoba membelit kaki Golem itu, namun Golem itu dengan mudah menghancurkannya dengan satu hentakan.
Ini akan menjadi pertarungan yang sulit.
Ruhosi mencoba menyerang dengan tombaknya, mengincar apa yang tampak seperti sendi di lengan kristal Golem. Namun kulit Golem itu sangat keras, hanya serpihan kecil yang rontok. "Aduh, alot banget kayak kerupuk kena air!"
Golem kedua kini fokus pada Elara. Melihat ancaman itu, Elara tidak panik. Ia mengangkat tangannya, dan perisai cahaya murni berbentuk kubah muncul di sekelilingnya, menahan hantaman pertama dari Golem itu, meski perisainya sedikit bergetar.
"Ruhosi, coba serang inti di dada mereka!" teriak Lyris sambil menghindari serangan cambuk energi dari Golem ketiga. "Itu sumber kekuatan mereka!"
Ruhosi melihat inti safir biru yang berdenyut di dada Golem yang menyerangnya. Ia mencoba menerjang, namun Golem itu terlalu besar dan kuat. Aura Senjanya mulai bergejolak, campuran asap hitam dan pendaran putih keperakan mulai menyelimuti tubuhnya.
"Kita harus kerja sama!" seru Elara, melihat Ruhosi mulai bertarung sendirian dengan gayanya yang sedikit sembrono. Ia teringat bagaimana energi mereka beresonansi saat membuka gerbang.
Ruhosi menoleh sekilas pada Elara. Benang pink keperakan di Lensa Kabutnya berdenyut, seolah menyetujui. "Oke, Putri Permen Kapas! Kamu punya ide?"
"Coba alihkan perhatiannya! Aku akan coba sesuatu!" jawab Elara.
Ruhosi menyeringai. "Mengalihkan perhatian? Itu keahlianku!" Ia mulai melompat-lompat lincah di sekitar Golem, menggunakan Napas Angin untuk membuatnya semakin sulit ditangkap, sesekali melancarkan pukulan atau tendangan ke bagian tubuh Golem yang tidak terlindungi inti, sambil terus berteriak, "Wuuush! Sini tangkap aku kalau bisa, Patung Es Batu Raksasa!"
Sementara Golem itu terfokus pada Ruhosi yang bergerak seperti bayangan, Elara memejamkan mata sejenak, memfokuskan seluruh Cahaya Murninya. Liontinnya bersinar sangat terang. Ia tidak menciptakan perisai, melainkan mengumpulkan energinya menjadi seberkas cahaya putih menyilaukan yang ia arahkan ke mata safir Golem itu.
SYAAAAT!
Golem itu meraung tanpa suara, kedua tangannya menutupi matanya yang terkena cahaya Elara, gerakannya terhenti sesaat.
"Sekarang, Ruhosi!" teriak Elara.
Ruhosi melihat kesempatan itu. Dengan teriakan perang, ia melompat tinggi, Aura Senjanya kini mencapai 'Harmoni Senja – Aliran Terfokus'. Ia tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tapi juga menyalurkan energi dari kalung Luthiennya ke tombak tulangnya. Ujung tombak itu kini diselimuti aura campuran hitam dan putih keemasan.
TRRAAAKKK!!!
Tombak itu menghantam telak inti safir di dada Golem. Retakan langsung menjalar di seluruh permukaan kristal inti itu. Golem itu terhuyung, cahayanya meredup. Dengan satu tendangan terakhir dari Ruhosi yang masih melayang di udara, Golem Penjaga Gema pertama itu hancur berkeping-keping, serpihan kristalnya larut kembali menjadi energi murni lembah.
"Berhasil!" seru Ruhosi dan Elara hampir bersamaan, ada rasa kaget sekaligus bangga dalam suara mereka. Ini pertama kalinya mereka benar-benar bertarung sebagai tim.
Lyris, yang berhasil menahan Golem ketiga dengan menciptakan dinding akar bercahaya yang sangat kuat, tersenyum melihat mereka. "Kerja sama yang bagus! Tapi kita belum selesai!"
Dua Golem sisanya kini bergerak lebih agresif. Namun, Ruhosi dan Elara sudah menemukan ritme mereka. Ruhosi menjadi penyerang utama, kelincahannya yang kini dipadukan dengan 'Langkah Hutan Sunyi – Tingkat Lanjut' (hasil latihan tak sadar selama pertarungan) membuatnya sulit diprediksi. Elara memberikan dukungan dari jarak aman, kadang menyembuhkan luka gores kecil pada Ruhosi dengan 'Sentuhan Cahaya Pemulihan' yang lebih cepat, kadang melumpuhkan gerakan Golem dengan ledakan cahaya, atau bahkan melapisi serangan Ruhosi dengan energi murninya, membuat dampaknya lebih besar. Lyris sendiri bertindak sebagai penyeimbang, mengendalikan area pertempuran dan menyerang titik lemah Golem yang terbuka.
Pertarungan berlangsung epik. Ada momen di mana Ruhosi hampir terhantam tinju kristal raksasa, namun Elara berhasil mendorongnya dengan hembusan energi cahaya. Ada juga saat Elara terkepung, dan Ruhosi dengan Aura Senja yang bergejolak menciptakan ledakan energi gelap kecil untuk memukul mundur para Golem, sebelum dengan cepat menyeimbangkan kembali energinya.
Akhirnya, setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, Golem Penjaga Gema terakhir pun berhasil mereka hancurkan. Ruhosi dan Elara terduduk di lantai kristal, napas mereka memburu, tubuh mereka dipenuhi peluh dan beberapa luka kecil, namun mata mereka bersinar penuh kemenangan dan semangat baru. Lyris menghampiri mereka, wajahnya menunjukkan kelegaan dan kebanggaan.
"Kalian… kalian luar biasa," kata Lyris, membantu mereka berdiri. "Kalian telah menunjukkan bukan hanya kekuatan, tapi juga harmoni dan saling percaya. Kalian telah mencapai 'Sinergi Dua Jiwa – Resonansi Pertempuran' tingkat awal."
Ruhosi menatap Elara, lalu keduanya tertawa lepas, tawa kemenangan pertama mereka sebagai sebuah tim. Di tengah Ruang Gema Sylvarian yang kini kembali tenang, mereka tahu, ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar. Pengalaman ini bukan hanya memberi mereka kemenangan, tapi juga pelajaran berharga tentang kekuatan sejati dari kebersamaan.
Dari tengah ruangan, di tempat air terjun cahaya tadi, sebuah pendaran yang lebih lembut mulai terbentuk, seolah menyambut keberhasilan mereka dan mengundang mereka untuk melangkah lebih jauh.