Cherreads

Chapter 3 - Pesona Kakak Kelas

Hari-hari Melody kini semakin dipenuhi oleh kehadiran Toni. Kakak kelas itu selalu punya cara untuk membuat Melody tersipu—entah lewat senyum hangatnya, ucapan manis yang terlontar begitu saja, atau perhatian kecil seperti mengingatkan Melody untuk sarapan.

Di lorong sekolah, Melody berjalan dengan langkah ringan sambil sesekali tersenyum sendiri. Di tangan kanannya, ada kotak kecil berisi kue yang diberikan Toni pagi tadi.

"Kak Toni manis banget, ya," gumamnya pelan.

"Eh, senyum-senyum lagi. Jangan-jangan dapat pesan romantis lagi?" celetuk Kenny yang tiba-tiba muncul di samping Melody.

Melody kaget lalu tertawa kecil."Bukan… cuma lagi ingat sesuatu."

"Pasti tentang Toni, kan?" Kenny tersenyum, meski di dalam dadanya ada rasa getir yang mulai tumbuh. Ia berusaha tetap ceria agar Melody tak menyadari perasaannya.

Sementara itu, Larry yang berjalan beberapa langkah di belakang mereka hanya mengamati. Ia melihat Melody menggenggam kotak kue itu dengan hati-hati, seperti memegang sesuatu yang sangat berharga. Ada sesak yang merayap di dadanya, tapi ia memilih diam.

Di ruang kelas, Melody duduk termenung menatap layar ponselnya. Toni mengirim pesan:

"Besok temani aku latihan basket lagi, ya? Aku semangat kalau ada kamu."

Wajah Melody memerah. Ia mengetik cepat:

"Iya, Kak. Pasti!"

Kenny, yang duduk di bangku sebelah, melirik sekilas. Ia melihat senyum lembut di wajah Melody, dan ia tahu tanpa perlu bertanya.

"Mel," kata Kenny tiba-tiba, suaranya agak pelan. "Kalau suatu hari kamu terluka… kamu tahu kan, aku dan Larry selalu ada?"

Melody menoleh dengan tatapan hangat."Aku tahu, Ken. Kalian sahabat terbaikku."

Kenny memaksakan senyum, menatap papan tulis untuk menyembunyikan rasa sakit di matanya.

Sore itu, Melody berjalan ke lapangan basket. Toni sedang bermain dengan teman-temannya. Setiap kali Toni mencetak angka, ia melirik ke arah Melody dan tersenyum. Melody merasa jantungnya berdebar kencang.

Dari kejauhan, Kenny dan Larry mengamati dari balik pagar lapangan.

"Dia benar-benar menyukai Toni," kata Kenny, nadanya datar.

Larry hanya mengangguk, matanya tak lepas dari Melody."Aku harap Toni punya niat baik…" gumamnya pelan, meski ada keraguan yang terselip.

Mereka tidak tahu bahwa tak lama lagi, semua harapan itu akan runtuh.

More Chapters